DP, Bengkulu Utara – Lagi-lagi iuran perpisahan cemari image pendidikan. Pasalnya iuran berkedok uang perpisahan menimbulkan kegusaran. Bukan saja siswa yang gusar, tapi orang tua siswa juga turut geram, Jum’at, (25/04/2025).
Hal ini terjadi di salah satu SLTA yang ada di Bengkulu Utara. Konon hal tersebut terjadi diluar sepengetahuan Kepala Sekolah. Sehingga peristiwa tersebut dapat dikatakan merupakan perilaku lancang oleh siswa yang dapat mencederai nama baik sekolah.
Iuran uang perpisahan diprakarsai oleh para siswa kelas XII, dengan rencana untuk melaksanakan acara perpisahan. Awalnya acara perpisahan direncanakan pada bulan April tahun berjalan, namun batal demi aturan. Atas rencana acara perpisahan, per siswa dikenakan iuran sebesar Rp.225.000, lalu dikalikan jumlah siswa kelas XII sebanyak 225 siswa, maka didapatkan angka akumulasi senilai Rp.50.625.000, woww!... ini merupakan angka yang cukup fantastis untuk acara perpisahan sekolah.
Dari dana yang sudah terkumpul, dana telah digunakan untuk pembayaran foto angkatan pada bulan Desember oleh panitia. Berdasarkan informasi yang dihimpun awak media terpakai sebesar 10 juta, untuk pembayaran jasa pemotretan foto angkatan tersebut.
Bukan saja angka yang tidak masuk akal, hingga saat ini panitia belum memberikan penjelasan penggunaan dana kepada seluruh siswa kelas XII. Sebagai bentuk sikap transparansi, mestinya panitia berikan penjelasan lengkap terkait penggunaan dana maupun sisa. Dikarenakan kurang transparan dari panitia, akhirnya buat gusar para siswa-siswi.
“Sebenarnya iuran ini tidak ada keterlibatan guru atau Kepala Sekolah. Iuran ini murni dari kami siswa-siswi. Kepala Sekolah justru marah ketika ia tahu, karena selaku kepala sekolah, ia sudah mengingatkan bahwa acara perpisahan tidak boleh dilakukan. Hal itu sudah ada surat edaran dari bapak Gubernur.” Terang siswa yang tidak mau identitasnya disebut.
Imbuhnya, “kami paham kalau uang itu sudah terpakai, artinya tidak mungkin kami minta uang kami dikembalikan secara utuh. Karena pada bulan Desember 2024 lalu, kami telah mengikuti acara pengambilan moment atau pemotretan foto angkatan. Walaupun angka 10 juta itu tidak logis bagi kami, tapi setidaknya pihak panitia tunjukkan kwitansi pengeluaran tersebut di group. Bukan malah marah-marah ketika ada teman yang nanya soal kwitansi pembayaran pemotretan foto angkatan.” Ungkapnya dengan nada kesal.
Berbeda dengan tanggapan SW, selaku panitia. Saat dikonfirmasi oleh awak media ini, SW enggan diwawancarai banyak. SW malah justru meminta temanya inisial TM untuk memberikan hak jawab.
Sebelum membisukan sambung telepon WhatsApp, SW membenarkan adanya Iuran tersebut. Dikatakan SW, pihaknya baru saja rapat untuk pembahasan tentang pengembalian uang iuran tersebut. Namun saat ditanyakan jumlah sisah dana, SW tidak mau menjawab, SW langsung bisukan telepon.
“Ia benar pak, kami panitia baru saja rapat, membahas mengenai dana. Karena dana sudah kami panjar, makanya mau kami tagih dulu.” Terang SW.
Kemudian saat ditanyakan mengenai jumlah uang panjar dan kemana saja uang panjar diserahkan, SW dan temannya TM bisukan sambungan telepon tersebut. SW dan TM memilih untuk tidak memberikan keterangan lebih lanjut.
Terpisah namun di hari yang sama (Jum’at,red), RH merupakan salah satu orang tua siswa kelas XII, juga menyampaikan kekesalannya kepada awak media ini. Saking geramnya, RH justru tidak sekedar mengharapkan pengembalian iuran. RH malah meminta awak media melaporkan hal tersebut ke pada saber pungli Kabupaten Bengkulu Utara.
“SMA itu sudah tidak beres, kalau saja saya tidak kenal dengan Kepala Sekolahnya, sudah kacau mereka ku buat. Tapi karena kenal, makanya saya malas. Datanglah ke sekolah itu, bagus kalau itu diberitakan. 50 juta itu bukan sedikit uangnya, laporkan juga ke tim saber pungli Kabupaten.” Tandas RH sambil meminta hal itu diusut tuntas.
Hingga saat berita diterbitkan, SW belum belum menghubungi awak media, untuk memberitahukan kapan wawancara ekslusif dapat dilakukan. Jika memang dalam satu kali 24 jam tetap tidak berikan hak jawab, maka akan direncanakan wawancara ekslusif dengan Kepala Sekolah. Walaupun Kepala Sekolah tidak andil dalam skandal Iuran, setidaknya Kepala Sekolah ambil tindakan tegas, agar masalah tidak menjadi alot. (Red)