DP, Bengkulu Utara – Kamuflase yang patut diacungi jempol, agar tidak tercium adanya pengondisian, pihak sekolah SMAN 2 Bengkulu Utara pertemukan Wali Murid dengan Pengusaha Jahit, yang dikemas dalam agenda rapat. Saat ini, Reverse Psychology merupakan tehnik jitu. Sabtu, (19/07/2025).
Saat dikonfirmasi oleh awak media, Drs. kaman, M.Pd mengatakan, bahwa rapat yang sedang berlangsung tersebut untuk menjelaskan dan mengenalkan SMAN 2 Bengkulu Utara kepada wali murid. Agar setiap wali murid yang memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di SMAN 2 Bengkulu Utara mengetahui kondisi dan tata tertib sekolah.
“Ow itu rapat wali murid, supaya setiap wali murid tahu kondisi sekolah dan fasilitas apa saja yang dimiliki oleh sekolah kita ini. Namanya juga baru, jadi kita undang agar mereka tahu kondisi sekolah kita.” Tukas Kaman sembari memperhatikan layar Handphone di genggamannya.
Jawaban dan ekspresi Kepala Sekolah mengisyaratkan tidak memberi ruang bagi awak media untuk tahu banyak soal rapat tersebut. Kepala sekolah pun buru-buru perintahkan salah seorang petugas untuk menjemput Ketua Komite Sekolah untuk segera bergabung bersama awak media dan dirinya.
Tidak berselang lama, Ketua dan pengurus Komite sudah berada di ruangan Kepala Sekolah, awak mediapun langsung di arahkan oleh petugas masuk ke ruangan Kepala Sekolah. Ketika awak media ke ruangan Kepala Sekolah, di sana sudah ada Ketua Panitia SPMB, Operator Sekolah dan Dua orang Pengurus Komite Sekolah.
Pada ruangan tersebut, awak media menyampaikan permintaan print out data 360 murid baru sesuai hasil SPMB. Pada kesempatan tersebut juga, Kepala sekolah Ketua Panitia SPMB, Operator Sekolah dan serta Dua orang Pengurus Komite Sekolah, bersama-sama menolak penuhi permintaan awak media.
Sedangkan awak media telah menerangkan kegunaan data yang diminta tersebut untuk menjadi bahan atau variabel pendukung research implementasi SPMB. Karena informasi yang berkembang di luar, SMAN 2 Bengkulu Utara tidak mempedomani regulasi, juklak juknis saat melaksanakan SPMB.
Meskipun mereka kompak mengklaim bahwa SPMB sudah sesuai regulasi, namun masih saja ada pernyataan yang aneh tercetus dari sang Operator Sekolah. Meskipun awalnya operator ikut mengklaim hasil SPMB sudah sesuai regulasi, namun kalimat yang dilontarkan operator cukup kentara.
“Kalau menurut saya bang, semua sudah sesuai regulasi. Terkait data yang diminta, saya bukan tidak mau memberi, tergantung Kepala Sekolah. Kalau instruksinya kasih, ya saya pasti kasih. Tapi bang, saya minta tolong sama abang, tolong jaga sekolah ini.” Cetus Operator Sekolah pada awak media, seolah takut viral.
Melihat gestur kekhwatiran Kepala Sekolah semakin terlihat, awak media putuskan untuk sementara tidak bertanya terlalu dalam. Awak media putuskan hal ini harus bertahap dan sesuai kaidah komunikasi. Jika dianalisa dari mimik wajah Kepala Sekolah, gesturnya mensinyalir, indikasi SPMB tidak sesuai regulasi benar adanya.
Yang satu belum selesai malah kentara modus lainnya.
Saat hendak meninggalkan satuan pendidikan tersebut, awak media melihat para wali murid sedang diskusi. Terlihat wali murid yang baru bubar rapat tersebut saling bertanya antar satu sama lain. Adanya nuansa yang tak biasa tersebut, akhirnya awak media mencoba bertanya kepada para wali murid tersebut.
Awak media menanyakan rapat yang baru saja mereka ikuti membahas mengenai apa. Jawaban para wali murid turut mencengangkan.
“Bahas seragam pak, karena pihak sekolah bilangnya tidak mau ngurus seragam, makanya kami diundang hari ini, supaya terkait seragam, kami jahit sendiri.” Terang seorang ibu tersebut.
“Kalau harganya tadi sudah disampaikan, keseluruhannya Satu Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu, dalam harga itu sudah tercover semua seragam, termasuk almamaternya.” Imbuh ibu tersebut.
Lalu seorang ibu satunya lagi turut komentar, “entahlah pak, pihak sekola bilangnya enggak mau ikut campur, tapi kami diundang rapat. Kalau memang tidak mau ikut campur kenapa harus ribet, seragam SMA itukan sifatnya nasional atau umun, apa salahnya tinggal bagikan gambar seragam seperti apa harus anak kami pakai, termasuk contoh betnya apa aja.” Komentar ibu satunya.
Imbuhnya, “pakai modus dak mau ikut campur pula pihak sekolah ni. Asal kami dikasihkan gambar, kami bisa buat dan bebas mau jahit dimana. Bukan malah seperti ini, seragam batik lain, olah raga lain, dan yang lainnya juga beda pak.” Imbuhnya dengan nada kesal
Lebih lanjut ia mengatakan, “Kalau gini kan kami yang repot pak, kalau kami bebas pilih tempat jahit, kami juga enak menentukannya. Ini tidak, pakai bilang tidak mau terlibat tapi penjahit juga diundang hari ini. berarti ini ayam dihambur talinya diinjak!.” Seru ibu tersebut.
Jika memang tidak adanya pengondisian, nalar ibu seorang wali murid tersebut cukup bagus. Jika memang tidak adanya niat untuk pengondisian, pihak sekolah dapat membagikan foto-foto contoh seragamnya seperti apa. Tinggal berikan contoh warna dan corak pakaian seragam yang harus dikenakan siswa/i.
Tehnik pengondisian yang diterapkan tersebut, yaitu tehnik Reverse Psychology, yaitu teknik persuasi yang menggunakan tindakan atau pernyataan yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya diinginkan, dengan harapan orang tersebut akan melakukan hal yang sebenarnya diinginkan.
Demi terpenuhinya cover both side dalam indeph berita, media ini akan melakukan wawancara ekslusif kepada pihak sekolah untuk guna untuk memberikan informasi yang aktual dan berimbang. (Red)

